Jumat, 06 Maret 2015

tugas saiketsu




cv

Nama                                               : Yusri Mubarak
Jenis Kelamin                              : Laki - laki
Tempat Tanggal Lahir             : Pekantua, 15 Juli 1987
Alamat                                          : Madiun
Status                                           : Menikah
Pengalaman Kerja Terakhir          : Crubut (Bourbon)

 
                                 KAIZEN

Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus atau berkesinambungan dalam perusahaan bisnis. Kaizen berasal dari Bahasa Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Di Cina kaizen bernama gaishan di mana gai berarti perubahan / perbaikan dan shan berarti baik / benefit. Jadi Kaizen dapat diartikan sebagai perubahan kepada arah lebih baik. Kaizen disebut juga continous improvement yaitu perbaikan terus menerus. Jadi, Kaizen adalah usaha terus menerus untuk memperbaiki proses yang terjadi dlm sebuah organisasi/perusahaan.
Konsep kaizen ini mengasumsikan bahwa hidup kita ( cara kerja, hidup bersosial atau rumah tangga ) seharusnya berusaha untuk terus menerus mengalami perbaikan.
Meskipun perubahan di dalam Kaizen tidak dramatis tetapi sedikit dan bertahap, perubahan yang diakibatkan dalam jangka waktu tertentu cukup besar. Hal ini berbeda dengan perubahan yang dihasilkan oleh western manajement yang biasanya dramatis.

Gerakan 5 S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke)
Konsep 5 S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan, kebersihan, dan kedisiplinan di tempat kerja. Konsep 5 S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini, empat bidang sasaran pokok industri yang meliputi:
  1. Efisiensi Kerja
  2. Produktifitas Kerja
  3. Kualitas Kerja, dan
  4. Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi.

Konsep Seiketsu (清潔)
Seiketsu yaitu usaha yang terus menerus untuk mempertahankan 3S tersebut diatas, yakni Seiri, Seiton), dan Seiso.   Pada prinsipnya mengusahakan agar tempat kerja yang sudah menjadi baik dapat selalu terpelihara. Di tempat kerja yang rawat, kerawanan dan penyimpangan dapat segera dikenali, sehingga berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin (Kristianto, 1995: 47). Memelihara tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak adalah aktivitas Seiketsu. Antara seiso  dengan seiketsu sangat berkaitan erat.




Siiketsu (kebersihan pribadi)
Langkah ini bertujuan untuk membiasakan diri karyawan agar bersih dan rapi sehingga memiliki penampilan yang mencerminkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas kerjanya

Gerakkan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) atau 5R 
. Seiri artinya membereskan tempat kerja. Seiton berarti menyimpan dengan teratur. Seiso berartimemelihara tempat kerja supaya tetap bersih. Seiketsu berarti kebersihan pribadi.Seiketsu berarti disiplin, dengan selalu mentaati prosedur ditempat kerja. DiIndonesia 5S diterjemahkan menjadi 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat danRajin

Seiketsu atau pemantapan/perawatan yaitu manajemen visual dan pemantpn 5-S seperti pemberian tanda, pengumuman, label, pengaturan kabel, kode, dsb.

5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.

Isi dari 5S antara lain:

1.   整理 (seiri), Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga    segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja.

2.   整頓 (seiton), Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.

3.   清楚 (seiso), Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

4.   清潔 (seiketsu), Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya.

5.   躾け (shitsuke), Rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

     Penerapan 5S harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya.Jika tahap pertama (seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya pun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal, dan seterusnya.



Strategi Menerapkan Metode 5S yang Effektif di Perusahaan
 By : Wolio - Shopfloor Management & Genba Kaizen Specialist

Keberhasilan banyak perusahaan di dunia dalam menerapkan metode 5S telah menjadi pijakan awal yang mendasar sebagai bagian yang fundamental dalam mencanangkan penerapan startegi perbaikan terus menerus (continuous improvement) sehingga menempatkan metode 5S sebagai salah satu elemen yang penting dalam melakukan penerapan Lean Management yang saat ini sedang populer. 5S adalah suatu sistem untuk mengurangi pemborosan dan mengoptimalkan produktivitas melalui terciptanya tempat kerja yang teratur, rapih, sistimatis dengan menggunakan isyarat visual untuk mencapai hasil operasional yang efektif jika jalankan dengan konsisten.

 Istilah 5S berasala dari bahasa Jepang yang dikenal sebagai singkatan dari: (1). Seiri (Pemilahan) : Mengidentifikasi dan menyisihkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja dengan hanya menyisakan item yang diperlukan saja. (2) Seiton (Penataan) : Mengatur semua item dengan rapih bersih mudah terlihat secara visual untuk kemudahan penggunaan dan pengambilan jika diperlukan serta memungkinkan barang yang hilang dan kurang dapat teridentifikasi dengan cepat. (3) Seiso (Pembersihan) : Melakukan pembersihan secara sistematis dan konsisten di sekitar area kerja agar membuat pekerjaan se-hari hari menjadi lebih mudah, rapih, bersih dan efisien. (4) Setsuke (Pemantapan): menjamin bahwa semua orang tahu apa yang harus dilakukan/diharapkan dengan baik sehingga dapat menghindari potensi ketidaksesuaian/permasalahan yang timbul.(5) Seiketsu (Pembiasaan) : Membuat suatu budaya dengan seperangkat nilai-nilai bersama dengan mempertahankan semua dari ke empat hal di atas. Cth : Penerapan 5S dia Shopfloor area

Secara historis 5S awalnya merupakan embrio dari karakter management gaya Jepang yang dikenal sebagai bagian dari manajemen tempat kerja yang paling fundamental dan sangat efektif untuk mendisiplinkan karyawannya dalam mengelola tempat kerja dengan rapih, bersih, terorganisir, produktif dan berbudaya. Seiring dengan perkembangannya yang pesat dan banyak diadopsi oleh perusahaan utama di didunia saat ini, di Indonesia sistem ini dapat diterjemahkan dan dikenal dengan istilah 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), namun pada dasarnya tidak ada perbedaan antara ”5S” dan ”5R”.

Walaupun awalnya banyak yang menganggap 5S hanya sebatas program bersih-bersih,namun seiring dengan perkembangannya ternyata telah terbukti bahwa apabila sistem ini diterapkan secara sungguh-sungguh, sistemik dan tepat sasaran ternyata secara lansung memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menopang terciptanya budaya kerja produktif untuk menunjang peningkatan kinerja perusahaan yang berdampak pada efektifitas kapasitas produksi, peningkatan kualitas produk, pengurangan biaya, pengiriman tepat waktu, menjamin terciptanya keselamatan kerja serta meningkatkan pelayanan di beberapa perusahaan jasa yang menerapkannya. Selebihnya penerpan 5S juga ternyata dapat menciptakan pola kerja dengan disiplin tinggi, bermoral dan lingkungan kerja yang terkontrol dengan suasana yang bersih/sehat dan nyaman sehingga dapat menciptakan kesan yang postif terhadap siapa saja termasuk para pelanggannya.

Namun demikian, berdasarkan penelusuran kami, dilain pihak tidak sedikit perusahaan yang mencoba menerapkan metoda 5S justru merasa gagal dan tidak memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja perusahaan yang ingin dicapai. Kenapa..? salah satu penyebabnya adalah tidak adanya komitmen bersama dan dukungan penuh yang konsisten dari level top manajemen dalam menjalankan sistem 5S. Harus disadari bahwa penerapan metoda 5S merupakan suatu pendekatan berbasis tim/kelompok yang memerlukan dukungan manajemen puncak dan keterlibatan semua karyawan di area kerja agar selalu perduli dengan lingkungan kerjanya melalui tindakan memantau, mengidentifikasi kemudian mengevaluasi atas dasar keperdulian yang tinggi untuk selalu melakukan perbaikan.

Merujuk dari perusahaan yang berhasil menerapkan system ini dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh kinerja pelaksanaan 5S yang optimal sebaiknya dilakukan di bawah bimbingan seorang yang berpengalaman baik melalui pelaksana internal yang telah terlatih yang berasal dalam lingkup perusahaan yang bersangkutan maupun menyewa konsultan ahli untuk memberikan in-house training 5S sebagai usaha untuk memberikan pemahaman standar kepada seluruh karyawan yang terkait. Kenapa ? karena melalui pelaksanaan pelatihan secara menyeluruh dan terprogres diharapkan seluruh karyawan akan dibekali pengertian yang memadai agar memiliki pola pikir yang sama dalam pelaksanaan tahapan tahapan penerapan 5S yang benar dan efektif.

Mereka-mereka yang terlibat dalam penanganan 5S diharapkan mampu mengatasi setiap aspek yang berpotensi menjadi sumber yang menyebabkan pemborosan yang banyak ditemukan di lingkungan kerja yang tidak teroganisir dengan baik bahkan secara visual dapat memperlihatkan kesan sangat semrawut dan berdampak buruk terhadap aspek produktifitas, biaya, qualitas produk maupun sistem pelayanan. Pelaksanaan metoda 5S bukalah tindakan kegiatan yang dilakukan sekali saja ataupun sesaat yang hanya dilakukan tergantung kondisi dan kemauan manajemen tingkat atas yang biasanya baru bereaksi untuk mengusulkan suatu tindakan perbaikan ketika terjadi permasalahan yang muncul secara mendadak, akan tetapi harus merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin dalam konteks budaya perusahaan/organisasi yang harus dibangun sebagai wujud tindakan perbaikan yang spontan dan berkesinambungan.

Sebagai suatu langkah awal yang strategis sebaiknya pelaksanaan 5S harus berawal dari merubah paradigma karyawan untuk mengatasi kurangnya toleransi karyawan terhadap sikap dan pola pikir dalam mengatasi hal-hal yang tidak standar yang biasa terjadi dalam suatu lingkungan kerja.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin


Metode 5S, Meningkatkan Produktivitas dan Disiplin Karyawan di Tempat Kerja
By : Hasmina Syarif

Sejalan dengan semakin populernya konsep 5S yang diterapkan pada berbagai bidang organisasi antara lain dibidang industri, perbankan, kantor pelayanan jasa maupun instansi pemerintahanan di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia, telah menjadikan konsep sederhana ala Jepang tersebut menjadi titik tumpuan awal dalam strategi dan usaha melakukan perbaikan dibidang pengelolaan management organisasi untuk lebih baik.

 Disamping sebagai program yang subtansial berwujud tindakan bersih-bersih untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, sistimatis dan efektif juga metode ini berpotensi dalam meningkatkan produktifitas dan disiplin karyawan ditempat kerja. Tidak sedikit ditemukan pihak-pihak yang menerapkan metode 5S merasa cepat puas karena seakan-akan peranan 5S sekedar bersih-bersih untuik menjadikan organisasi kelihatan lebih rapih, bersih dan terkesan lebih profesional, tanpa menyadari bahwa penerapan 5S yang dikembangkan lebih serius maka kenyataannya manfaat 5S akan lebih dari sekedar hal yang sudah disebutkan diatas antara lain dapat menciptakan perbaikan yang berdampak positif pada seluruh proses manajemen.

Taichi Ohno, sebagai penemu konsep TPS mengatakan bahwa Toyota ketika awal menerapkan sistem produksi yang dikenal dengan Toyota Production System (TPS), dalam perjalanannya telah menemukan banyak hal yang menjadi sumber terjadinya pemborosan. Apa yang dimaksud Ohno dalam kenyataannya mengingatkan bahwa masih banyak pihak yang belum sadar bahwa perusahaan yang dikelolah sering terbebani dengan apa yang disebut „pemborosan (waste).

Pemborosan yang timbul menyangkut hal-hal yang berlebihan seperti kelebihan persediaan, kelebihan tingkat kerusakan dll, akan tetapi dalam banyak kasus pemborosan yang dalam bahasa Jepang disebut MUDA, sering berawal dan timbul dari aspek perilaku dan cara berpikir yang kurang baik dari karyawannya. Kerapihan penyimpanan alat merupakan prasyarat dari 5S

Pada tingkat yang paling dasar, penerapan 5S itu dapat diperkenalkan sebagai program bersih-bersih terhadap limbah yang berlebihan. Namun demikian pada tingkat lain kita juga perlu mengeksplorasi arti sebenarnya dari 5S sebagai suatu yang perlu dibangun bagaimana berhubungan dengan pihak lain ataupun customer.

Dalam berbagai kasus ketika melihat potensi perbaikan tidak terlihat, memulai dengan konsep 5S adalah merupakan alternatif yang tepat untuk dilakukan. Pendekatan 5S secara historis berasal dari manajemen Jepang yang awalnya diterapkan dalam Toyota Production System (TPS) yang menggunakan 5 kata dalam bahasa Jepang, berawal dari huruf S (Seiri, Seiton, Seiso,Seiketsu dan Shitsuka).

  1. Seiri
Setiap lingkungan kerja tidak terhindar dari sekumpulan barang-barang yang masih terpakai dan tidak terpakai. Kondisi tersebut memerlukan tindakan untuk memisahkannya sehingga hanya barang-barang yang dibutuhkan saja yang boleh ada di lokasi kerja, selebihnya harus disingkirkan.

Misalnya, meja kerja untuk melayani pelanggan maka yang menerima pelanggan haruslah bersih, hanya boleh ada dokumen-dokumen yang diperlukan saja dan selain itu harus disingkirkan. Jika meja bersih dan rapih, tentunya karyawan yang bersangkutan akan lebih mudah melayani pelanggan. Selain itu, pelanggan terkesan puas dengan melihat lingkungan kerja yang rapih dan terkesan profesional.

Pemahaman seiri mengingatkan agar setiap operator/karyawan dalam tim kerja diminta bertanggung jawab atas area kerja mereka masing-masing untuk mengidentifikasi apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak. Akibatnya, secara bertahap yang bersangkutan mulai belajar mengambil tanggung jawab dilingkungan kerjanya sehingga tindakan sederhana dalam mengidentifikasi kemudian menyingkirkna barang-barang yang tidak dibutuhkan menjadi pilihan aktif dan komitmen setiap orang.

Dalam pengertian secara luas pengertian seiri tidak hanya terbatas pada membuang barang yang tidak dibutuhkan lagi tapi juga dapat diterapkan pada tingkat yang lebih tinggi dimana kita dapat membersihkan organisasi dari kebijakan yang tidak perlu maupun kegiatan lain yang tidak memiliki nilai tambah.

  1. Seiton (organize)
Seiton menyangkut hal-hal kerapihan ketertiban yang transparan dalam organisasi. Agar semua barang mudah didapatkan ketika diperlukan maka dibutuhkan tindakan untuk mengatur dan menyusun penyimpanan barang yang dimaksud secara teratur, rapih dengan pemberian label identifikasi yang jelas secara visual.

Permasalahan yang sering ditemukan dalam pelaksanaan seiton, ketika para karyawan ingin menerapkan 5S, mereka biasanya berkeluh kesah karena tidak adanya fasilitas penunjang yang memudahkan mereka seperti fasilitas penyimpanan berupa fasilitas rak dan lemari penyimpanan yang tidak memadai.

 Dalam kondisi demikian ketika pihak manajemen puncak tidak menindaklanjuti dan membantu para pekerja/staff/operator untuk memperolehnya, maka perusahaan atau organisasi yang bersangkutan akan kehilangan kredibilitas manajemen dimata orang-orang yang paling berarti dalam menjalankan operasional organisasi.

Hal diatas tidak berarti bahwa kegiatan sederhanakan 5S harus membutuhkan pengeluaran anggaran yang besar disetujui oleh manajemen. Justru sebaliknya: perusahaan harus mulai dengan anggaran kecil dan melihat di mana mereka menggunakan kreativitas dan sumber daya internal mereka sendiri untuk membuat hal-hal yang baik. Dalam kaizen dikenal bahwa untuk melakukan perbaikan seyogianya dapat dimulai dan berawal dari hal-hal yang kecil.

Dalam melakukan tindakan seiton ditekankan sbb :
• Tempatkanlah barang-barang & peralatan di lokasi yang sudah dirancang baik dan informatif sejak semula
• Simpanlah seluruh barang, alat, dokumen dan informasi apapun secara teratur dan berurutan.
• Aturlah peletakannya berdasarkan frekuensi pemakaian, tervisualisasi, aman dan mudah dijangkau.
• Pastikan bahwa barang-barang, alat,dokument yang dibutuhkan terletak pada tempatnya masing-masing.
• Kembalikan setiap alat atau fasilitas ke tempat semula ketika selesai digunakan.

  1. Seiso (Clean)
Seiso merupakan langkah pembersihan yang dilakukan sesering mungkin. Pemahaman ini harus didalami sebagai tindakan pemeliharaan lingkungan dan fasilitas kerja yang ada.

Membersihkan fasilitas kerja dan peralatan kerja merupakan cara yang baik untuk menjamin umur teknis peralatan dan fasilitas yang dimiliki sekeligus akan menunjang kualitas proses. Misalnya, langkah pemeliharaan dan pengecekan mesin secara priodik merupakan cara terbaik yang harus dibiasakan, sedikitnya untuk mencari kerusakan atau permasalah kecil yang berpotensi menyebabkan kerusakan dan kegagalan dimasa depan. Tindakan membersihkan fasilitas dan peralatan kerja secara rutin dan terjadwal merupakan tindakan awal yang paling efektif sebagai langkah preventif.

 Dibidang perusahaan/instansi pemerintahan yang orientasinya pelayanan jasa, kebersihan lingkungan kerja menjadi sangatlah penting. Pelanggan mana yang tidak mau dilayani dalam lingkungan yang bersih? Jika kondisi lingkungan kerja bersih, maka masalah bisa terlihat dengan baik dan transparan, sebab tidak menutup kemungkinan ketika melakukan bersih-bersih, akan ditemukan masalah yang tadinya tidak terlihat.

 Jika kita khawatir tentang peralatan gagal dan lingkungan kerja yang kurangbaik, mengapa kita juga tidak khawatir tentang orang-orang yang gagal? Orang-orang terkenal buruk pada disiplin pemeliharaan harus menjadikan fokus untuk diperbaiki entah dengan cara apa yang akan dilakukan pihak manajemen. Intinya adalah pemeliharaan tidak sekedar membersihkan lingkungan kerja atau menjaga fasilitas kerja selalu bersih tapi juga menciptakan perilaku profesional di tempat kerja.

  1. Seiketsu (Standardize)
 Standarisasi dalam pengertian diatas menyangkut pengaturan rutinitas dan waktu yang tepat untuk melakukan pemeliharaan sesuai aturan yang ada dan merupakan dasar dari pekerjaan standar. Memperkenalkan lembar kerja pengontrolan 5S secara standar merupakan cara yang effektif dalam membangun konsep kerja standar.

Dalam melaksanakan 5S perlu dilakuakan berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas dan menjadi acuan petunjuk yang harus ditaati. Salah satu sifat manusia manusia cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak ketika tidak ada suatu aturan standard yang mengikat dengan beralasan “ini adalah cara saya” yang terbaik. Oleh karena itu penggunaan metoda pelaksanaan 5S yang standar sangatlah penting untuk menjamin konsistensi setiap orang.



  1. Shitsuke (discipline).
Shitsuke adalah mendisiplinkan karyawan dalam menerapkan ke empat langkah 5S sebelumnya sebagai tindakan pembiasaan yang membudaya dalam menjadikan area kerja yang selalu bersih, nyaman dan produktif . Memastikan bahwa setiap orang agar terus meningkat dalam disiplin menjalankan 5S harian adalah murni masalah sasaran utama manajemen. Hal diatas menjadi tanggung jawab pemimpin tim, agar selalu konsisten dalam menjalankannya dengan mengadakan sistem audit yang digunakan untuk mengukur kinerja penerapan proses 5S. Apapun mekanisme manajemen pengawasan intinya selalu memastikan bahwa 5S diterapkan setiap hari secara berkelanjutan sebagai wujud konsisten setiap pekerja dalam menjalankan 5S.

 Disiplin dalam penerapan 5S merupakan jalan dalam memupuk pembelajaran dengan pendekatan perbaikan secara terus menerus. Ketika suatu permasalahan teridentifikasi melalui proses penerapan 5S harus disikapi dengan mengharuskan setiap karyawan untuk meresponnya dengan solusi penyelesaian. Manfaat 5S Berdasrkan pengalaman kami yang seringkali memberikana arahan dalam implementasi metoda 5S, 10 sampai 30% peningkatan efisiensi dibidang manufaktur dapat diperoleh melalui penerapan 5S yang sistematis.

Manfaat 5S adalah sebagai berikut;
1.      Efisiensi, meningkat dengan mengatasi kesemrawutan di ruang kerja yang sangat terorganisir dengan baik.
2. Memudahkan dalam mengidentifikasi alat dan komponen yang diperlukan .
3. Setup time berkurang karena organisasi peralatan secara jelas diberi label dansangat terlihat secara  
    visual.
4. Meningkatkan semangat kerja dengan melibatkan karyawan yang membuat pekerjaan mereka lebih
mudah
 5. Pemasaran karena tata letak rapi dan terorganisir yang dihasilkan dari pelaksanaan Anda dari 5S alat. 6. Kualitas ditingkatkan karena cara standar atau pemeliharaan kerja dan dasar alat dan mesin.
7. Alat yang benar dan peralatan berada di tempat berarti bahwa alat yang tepat digunakan untuk pekerjaan untuk mengurangi kerusakan.
8. Peningkatan efisiensi penghematan.
9. Meningkatkan keselamatan karena penghapusan kesemrawutan yang menciptakan bahaya

 Penerapan metodologi 5S biasanya diimplementasikan menggunakan 4 tahapan proses :
 (1) pembentukan tim lintas fungsional (termasuk karyawan yang bekerja di daerah yang terkait),
(2) Melakukan tur inspeksi ke semua areal kerja yang berhubungan dengan proses kerja dan tempat yang akan di tinjau sesuai jadwal.
 (3) brainstorming tentang cara-cara yang efektif mengurangi pemborosan.
 (4) Visualisasi hasil audit/inspeksi 5S dan hasil tindakan perbaikan yang dicapai secara transparan.

Menyikapi tempat kerja agar selalu terpelihara dengan pendekatan 5S mencerminkan moral karyawan yang baik dengan disiplin moral yang kokoh. Banyak karyawan yang telah berhasil mencapai disiplin pribadi karyawan yang tinggi akan tetapi hanya bersifat sementara, oleh sebab itu memelihara dan menjaga lingkungan kerja dalam tingkat yang tinggi pada dasarnya merupakan tugas yang menantang, Moral dan disiplin pribadi yang ditingkatkan di areal shopfloor membutuhkan keterlibatan, partisipasi dan saling berbagi informasi lintas karyawan sehingga dapat memperlancar proses perbaikan (kaizen) dan menjaga momentumnya yang pada akhirnya akan membawa perubahan pada budaya kerja yang baik. http://bit.ly/copynwin

1 komentar: