cv
Nama : Yusri Mubarak
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat Tanggal Lahir : Pekantua, 15 Juli 1987
Alamat : Madiun
Status : Menikah
Pengalaman Kerja Terakhir : Crubut (Bourbon)
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat Tanggal Lahir : Pekantua, 15 Juli 1987
Alamat : Madiun
Status : Menikah
Pengalaman Kerja Terakhir : Crubut (Bourbon)
KAIZEN
Kaizen adalah suatu filosofi dari
Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus
menerus atau berkesinambungan dalam perusahaan bisnis. Kaizen berasal dari
Bahasa Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Di Cina kaizen
bernama gaishan di mana gai berarti perubahan / perbaikan dan shan berarti baik
/ benefit. Jadi Kaizen dapat diartikan sebagai perubahan kepada arah lebih
baik. Kaizen disebut juga continous improvement yaitu perbaikan terus menerus.
Jadi, Kaizen adalah usaha terus menerus untuk memperbaiki proses yang terjadi
dlm sebuah organisasi/perusahaan.
Konsep kaizen ini mengasumsikan
bahwa hidup kita ( cara kerja, hidup bersosial atau rumah tangga ) seharusnya
berusaha untuk terus menerus mengalami perbaikan.
Meskipun perubahan di dalam Kaizen
tidak dramatis tetapi sedikit dan bertahap, perubahan yang diakibatkan dalam
jangka waktu tertentu cukup besar. Hal ini berbeda dengan perubahan yang
dihasilkan oleh western manajement yang biasanya dramatis.
Gerakan 5 S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke)
Konsep 5 S pada dasarnya merupakan
proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan, kebersihan, dan kedisiplinan
di tempat kerja. Konsep 5 S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang
memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,
bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan
kemudahan bekerja ini, empat bidang sasaran pokok industri yang meliputi:
- Efisiensi Kerja
- Produktifitas Kerja
- Kualitas Kerja, dan
- Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi.
Konsep Seiketsu (清潔)
Seiketsu yaitu usaha yang terus menerus untuk mempertahankan 3S
tersebut diatas, yakni Seiri, Seiton), dan Seiso.
Pada prinsipnya mengusahakan agar tempat kerja yang sudah menjadi baik dapat
selalu terpelihara. Di tempat kerja yang rawat, kerawanan dan penyimpangan
dapat segera dikenali, sehingga berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin
(Kristianto, 1995: 47). Memelihara tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau
tetesan minyak adalah aktivitas Seiketsu. Antara seiso dengan
seiketsu sangat berkaitan erat.
Siiketsu (kebersihan pribadi)
Langkah ini bertujuan untuk
membiasakan diri karyawan agar bersih dan rapi sehingga memiliki penampilan
yang mencerminkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas kerjanya
Gerakkan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan
Shitsuke) atau 5R
. Seiri artinya membereskan tempat
kerja. Seiton berarti menyimpan dengan teratur. Seiso berartimemelihara tempat
kerja supaya tetap bersih. Seiketsu berarti kebersihan pribadi.Seiketsu berarti
disiplin, dengan selalu mentaati prosedur ditempat kerja. DiIndonesia 5S
diterjemahkan menjadi 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat danRajin
Seiketsu atau pemantapan/perawatan yaitu manajemen
visual dan pemantpn 5-S seperti pemberian tanda, pengumuman, label, pengaturan
kabel, kode, dsb.
5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja
secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam
usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus
meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Penerapan 5S umumnya
diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas
pelaksanaan 5S.
Isi dari 5S antara lain:
1. 整理 (seiri), Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan
barang-barang yang tidak diperlukan sehingga segala barang
yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam
aktivitas kerja.
2. 整頓 (seiton), Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai
posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.
3. 清楚 (seiso), Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan
dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi
yang baik.
4. 清潔 (seiketsu), Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan
pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya.
5. 躾け (shitsuke), Rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi
masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.
Penerapan
5S harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya.Jika tahap pertama
(seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya pun tidak akan dapat
dijalankan secara maksimal, dan seterusnya.
Strategi
Menerapkan Metode 5S yang Effektif di Perusahaan
By : Wolio - Shopfloor Management & Genba
Kaizen Specialist
Keberhasilan banyak perusahaan di
dunia dalam menerapkan metode 5S telah menjadi pijakan awal yang mendasar
sebagai bagian yang fundamental dalam mencanangkan penerapan startegi perbaikan
terus menerus (continuous improvement) sehingga menempatkan metode 5S sebagai
salah satu elemen yang penting dalam melakukan penerapan Lean Management yang
saat ini sedang populer. 5S adalah suatu sistem untuk mengurangi pemborosan dan
mengoptimalkan produktivitas melalui terciptanya tempat kerja yang teratur,
rapih, sistimatis dengan menggunakan isyarat visual untuk mencapai hasil
operasional yang efektif jika jalankan dengan konsisten.
Istilah 5S berasala dari bahasa Jepang yang
dikenal sebagai singkatan dari: (1). Seiri (Pemilahan) : Mengidentifikasi dan
menyisihkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja dengan hanya menyisakan
item yang diperlukan saja. (2) Seiton (Penataan) : Mengatur semua item dengan
rapih bersih mudah terlihat secara visual untuk kemudahan penggunaan dan
pengambilan jika diperlukan serta memungkinkan barang yang hilang dan kurang
dapat teridentifikasi dengan cepat. (3) Seiso (Pembersihan) : Melakukan
pembersihan secara sistematis dan konsisten di sekitar area kerja agar membuat
pekerjaan se-hari hari menjadi lebih mudah, rapih, bersih dan efisien. (4)
Setsuke (Pemantapan): menjamin bahwa semua orang tahu apa yang harus
dilakukan/diharapkan dengan baik sehingga dapat menghindari potensi
ketidaksesuaian/permasalahan yang timbul.(5) Seiketsu (Pembiasaan) : Membuat
suatu budaya dengan seperangkat nilai-nilai bersama dengan mempertahankan semua
dari ke empat hal di atas. Cth : Penerapan 5S dia Shopfloor area
Secara historis 5S awalnya merupakan
embrio dari karakter management gaya Jepang yang dikenal sebagai bagian dari
manajemen tempat kerja yang paling fundamental dan sangat efektif untuk
mendisiplinkan karyawannya dalam mengelola tempat kerja dengan rapih, bersih,
terorganisir, produktif dan berbudaya. Seiring dengan perkembangannya yang
pesat dan banyak diadopsi oleh perusahaan utama di didunia saat ini, di
Indonesia sistem ini dapat diterjemahkan dan dikenal dengan istilah 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), namun pada dasarnya tidak ada perbedaan
antara ”5S” dan ”5R”.
Walaupun awalnya banyak yang
menganggap 5S hanya sebatas program bersih-bersih,namun seiring dengan
perkembangannya ternyata telah terbukti bahwa apabila sistem ini diterapkan
secara sungguh-sungguh, sistemik dan tepat sasaran ternyata secara lansung
memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menopang terciptanya budaya kerja
produktif untuk menunjang peningkatan kinerja perusahaan yang berdampak pada
efektifitas kapasitas produksi, peningkatan kualitas produk, pengurangan biaya,
pengiriman tepat waktu, menjamin terciptanya keselamatan kerja serta
meningkatkan pelayanan di beberapa perusahaan jasa yang menerapkannya.
Selebihnya penerpan 5S juga ternyata dapat menciptakan pola kerja dengan
disiplin tinggi, bermoral dan lingkungan kerja yang terkontrol dengan suasana
yang bersih/sehat dan nyaman sehingga dapat menciptakan kesan yang postif
terhadap siapa saja termasuk para pelanggannya.
Namun demikian, berdasarkan
penelusuran kami, dilain pihak tidak sedikit perusahaan yang mencoba menerapkan
metoda 5S justru merasa gagal dan tidak memberikan kontribusi yang berarti
terhadap kinerja perusahaan yang ingin dicapai. Kenapa..? salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya komitmen bersama dan dukungan penuh yang
konsisten dari level top manajemen dalam menjalankan sistem 5S. Harus disadari
bahwa penerapan metoda 5S merupakan suatu pendekatan berbasis tim/kelompok yang
memerlukan dukungan manajemen puncak dan keterlibatan semua karyawan di area
kerja agar selalu perduli dengan lingkungan kerjanya melalui tindakan memantau,
mengidentifikasi kemudian mengevaluasi atas dasar keperdulian yang tinggi untuk
selalu melakukan perbaikan.
Merujuk dari perusahaan yang
berhasil menerapkan system ini dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh kinerja
pelaksanaan 5S yang optimal sebaiknya dilakukan di bawah bimbingan seorang yang
berpengalaman baik melalui pelaksana internal yang telah terlatih yang berasal
dalam lingkup perusahaan yang bersangkutan maupun menyewa konsultan ahli untuk
memberikan in-house training 5S sebagai usaha untuk memberikan pemahaman
standar kepada seluruh karyawan yang terkait. Kenapa ? karena melalui
pelaksanaan pelatihan secara menyeluruh dan terprogres diharapkan seluruh
karyawan akan dibekali pengertian yang memadai agar memiliki pola pikir yang
sama dalam pelaksanaan tahapan tahapan penerapan 5S yang benar dan efektif.
Mereka-mereka yang terlibat dalam
penanganan 5S diharapkan mampu mengatasi setiap aspek yang berpotensi menjadi
sumber yang menyebabkan pemborosan yang banyak ditemukan di lingkungan kerja
yang tidak teroganisir dengan baik bahkan secara visual dapat memperlihatkan
kesan sangat semrawut dan berdampak buruk terhadap aspek produktifitas, biaya,
qualitas produk maupun sistem pelayanan. Pelaksanaan metoda 5S bukalah tindakan
kegiatan yang dilakukan sekali saja ataupun sesaat yang hanya dilakukan
tergantung kondisi dan kemauan manajemen tingkat atas yang biasanya baru
bereaksi untuk mengusulkan suatu tindakan perbaikan ketika terjadi permasalahan
yang muncul secara mendadak, akan tetapi harus merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara rutin dalam konteks budaya perusahaan/organisasi yang harus
dibangun sebagai wujud tindakan perbaikan yang spontan dan berkesinambungan.
Sebagai suatu langkah awal yang
strategis sebaiknya pelaksanaan 5S harus berawal dari merubah paradigma
karyawan untuk mengatasi kurangnya toleransi karyawan terhadap sikap dan pola
pikir dalam mengatasi hal-hal yang tidak standar yang biasa terjadi dalam suatu
lingkungan kerja.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Metode
5S, Meningkatkan Produktivitas dan Disiplin Karyawan di Tempat Kerja
By : Hasmina Syarif
Sejalan dengan semakin populernya
konsep 5S yang diterapkan pada berbagai bidang organisasi antara lain dibidang
industri, perbankan, kantor pelayanan jasa maupun instansi pemerintahanan di
seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia, telah menjadikan konsep sederhana
ala Jepang tersebut menjadi titik tumpuan awal dalam strategi dan usaha
melakukan perbaikan dibidang pengelolaan management organisasi untuk lebih
baik.
Disamping sebagai program yang subtansial
berwujud tindakan bersih-bersih untuk menciptakan lingkungan kerja yang
menyenangkan, sistimatis dan efektif juga metode ini berpotensi dalam
meningkatkan produktifitas dan disiplin karyawan ditempat kerja. Tidak sedikit
ditemukan pihak-pihak yang menerapkan metode 5S merasa cepat puas karena
seakan-akan peranan 5S sekedar bersih-bersih untuik menjadikan organisasi
kelihatan lebih rapih, bersih dan terkesan lebih profesional, tanpa menyadari bahwa
penerapan 5S yang dikembangkan lebih serius maka kenyataannya manfaat 5S akan
lebih dari sekedar hal yang sudah disebutkan diatas antara lain dapat
menciptakan perbaikan yang berdampak positif pada seluruh proses manajemen.
Taichi Ohno, sebagai penemu konsep
TPS mengatakan bahwa Toyota ketika awal menerapkan sistem produksi yang dikenal
dengan Toyota Production System (TPS), dalam perjalanannya telah menemukan
banyak hal yang menjadi sumber terjadinya pemborosan. Apa yang dimaksud Ohno
dalam kenyataannya mengingatkan bahwa masih banyak pihak yang belum sadar bahwa
perusahaan yang dikelolah sering terbebani dengan apa yang disebut „pemborosan
(waste).
Pemborosan yang timbul menyangkut
hal-hal yang berlebihan seperti kelebihan persediaan, kelebihan tingkat
kerusakan dll, akan tetapi dalam banyak kasus pemborosan yang dalam bahasa
Jepang disebut MUDA, sering berawal dan timbul dari aspek perilaku dan cara
berpikir yang kurang baik dari karyawannya. Kerapihan penyimpanan alat
merupakan prasyarat dari 5S
Pada tingkat yang paling dasar,
penerapan 5S itu dapat diperkenalkan sebagai program bersih-bersih terhadap
limbah yang berlebihan. Namun demikian pada tingkat lain kita juga perlu
mengeksplorasi arti sebenarnya dari 5S sebagai suatu yang perlu dibangun bagaimana
berhubungan dengan pihak lain ataupun customer.
Dalam berbagai kasus ketika melihat
potensi perbaikan tidak terlihat, memulai dengan konsep 5S adalah merupakan
alternatif yang tepat untuk dilakukan. Pendekatan 5S secara historis berasal
dari manajemen Jepang yang awalnya diterapkan dalam Toyota Production System
(TPS) yang menggunakan 5 kata dalam bahasa Jepang, berawal dari huruf S (Seiri,
Seiton, Seiso,Seiketsu dan Shitsuka).
- Seiri
Setiap lingkungan kerja tidak terhindar dari sekumpulan barang-barang
yang masih terpakai dan tidak terpakai. Kondisi tersebut memerlukan tindakan
untuk memisahkannya sehingga hanya barang-barang yang dibutuhkan saja yang
boleh ada di lokasi kerja, selebihnya harus disingkirkan.
Misalnya, meja kerja untuk melayani pelanggan maka yang
menerima pelanggan haruslah bersih, hanya boleh ada dokumen-dokumen yang
diperlukan saja dan selain itu harus disingkirkan. Jika meja bersih dan rapih,
tentunya karyawan yang bersangkutan akan lebih mudah melayani pelanggan. Selain
itu, pelanggan terkesan puas dengan melihat lingkungan kerja yang rapih dan
terkesan profesional.
Pemahaman seiri mengingatkan agar setiap operator/karyawan
dalam tim kerja diminta bertanggung jawab atas area kerja mereka masing-masing
untuk mengidentifikasi apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak. Akibatnya,
secara bertahap yang bersangkutan mulai belajar mengambil tanggung jawab
dilingkungan kerjanya sehingga tindakan sederhana dalam mengidentifikasi
kemudian menyingkirkna barang-barang yang tidak dibutuhkan menjadi pilihan
aktif dan komitmen setiap orang.
Dalam pengertian secara luas pengertian seiri tidak hanya
terbatas pada membuang barang yang tidak dibutuhkan lagi tapi juga dapat
diterapkan pada tingkat yang lebih tinggi dimana kita dapat membersihkan
organisasi dari kebijakan yang tidak perlu maupun kegiatan lain yang tidak
memiliki nilai tambah.
- Seiton (organize)
Seiton menyangkut hal-hal kerapihan ketertiban yang
transparan dalam organisasi. Agar semua barang mudah didapatkan ketika
diperlukan maka dibutuhkan tindakan untuk mengatur dan menyusun penyimpanan
barang yang dimaksud secara teratur, rapih dengan pemberian label identifikasi
yang jelas secara visual.
Permasalahan yang sering ditemukan dalam pelaksanaan seiton,
ketika para karyawan ingin menerapkan 5S, mereka biasanya berkeluh kesah karena
tidak adanya fasilitas penunjang yang memudahkan mereka seperti fasilitas
penyimpanan berupa fasilitas rak dan lemari penyimpanan yang tidak memadai.
Dalam kondisi
demikian ketika pihak manajemen puncak tidak menindaklanjuti dan membantu para
pekerja/staff/operator untuk memperolehnya, maka perusahaan atau organisasi
yang bersangkutan akan kehilangan kredibilitas manajemen dimata orang-orang
yang paling berarti dalam menjalankan operasional organisasi.
Hal diatas tidak berarti bahwa kegiatan sederhanakan 5S
harus membutuhkan pengeluaran anggaran yang besar disetujui oleh manajemen.
Justru sebaliknya: perusahaan harus mulai dengan anggaran kecil dan melihat di
mana mereka menggunakan kreativitas dan sumber daya internal mereka sendiri
untuk membuat hal-hal yang baik. Dalam kaizen dikenal bahwa untuk melakukan
perbaikan seyogianya dapat dimulai dan berawal dari hal-hal yang kecil.
Dalam melakukan tindakan seiton ditekankan sbb :
• Tempatkanlah barang-barang & peralatan di lokasi yang
sudah dirancang baik dan informatif sejak semula
• Simpanlah seluruh barang, alat, dokumen dan informasi
apapun secara teratur dan berurutan.
• Aturlah peletakannya berdasarkan frekuensi pemakaian,
tervisualisasi, aman dan mudah dijangkau.
• Pastikan bahwa barang-barang, alat,dokument yang
dibutuhkan terletak pada tempatnya masing-masing.
• Kembalikan setiap alat atau fasilitas ke tempat semula
ketika selesai digunakan.
- Seiso (Clean)
Seiso merupakan langkah pembersihan yang dilakukan sesering
mungkin. Pemahaman ini harus didalami sebagai tindakan pemeliharaan lingkungan
dan fasilitas kerja yang ada.
Membersihkan fasilitas kerja dan peralatan kerja merupakan
cara yang baik untuk menjamin umur teknis peralatan dan fasilitas yang dimiliki
sekeligus akan menunjang kualitas proses. Misalnya, langkah pemeliharaan dan
pengecekan mesin secara priodik merupakan cara terbaik yang harus dibiasakan,
sedikitnya untuk mencari kerusakan atau permasalah kecil yang berpotensi menyebabkan
kerusakan dan kegagalan dimasa depan. Tindakan membersihkan fasilitas dan
peralatan kerja secara rutin dan terjadwal merupakan tindakan awal yang paling
efektif sebagai langkah preventif.
Dibidang
perusahaan/instansi pemerintahan yang orientasinya pelayanan jasa, kebersihan
lingkungan kerja menjadi sangatlah penting. Pelanggan mana yang tidak mau
dilayani dalam lingkungan yang bersih? Jika kondisi lingkungan kerja bersih,
maka masalah bisa terlihat dengan baik dan transparan, sebab tidak menutup kemungkinan
ketika melakukan bersih-bersih, akan ditemukan masalah yang tadinya tidak
terlihat.
Jika kita khawatir
tentang peralatan gagal dan lingkungan kerja yang kurangbaik, mengapa kita juga
tidak khawatir tentang orang-orang yang gagal? Orang-orang terkenal buruk pada
disiplin pemeliharaan harus menjadikan fokus untuk diperbaiki entah dengan cara
apa yang akan dilakukan pihak manajemen. Intinya adalah pemeliharaan tidak
sekedar membersihkan lingkungan kerja atau menjaga fasilitas kerja selalu
bersih tapi juga menciptakan perilaku profesional di tempat kerja.
- Seiketsu (Standardize)
Standarisasi dalam
pengertian diatas menyangkut pengaturan rutinitas dan waktu yang tepat untuk
melakukan pemeliharaan sesuai aturan yang ada dan merupakan dasar dari pekerjaan
standar. Memperkenalkan lembar kerja pengontrolan 5S secara standar merupakan
cara yang effektif dalam membangun konsep kerja standar.
Dalam melaksanakan 5S perlu dilakuakan berdasarkan Standard
Operating Procedure (SOP) yang jelas dan menjadi acuan petunjuk yang harus
ditaati. Salah satu sifat manusia manusia cenderung melakukan sesuatu sesuai
dengan kehendak ketika tidak ada suatu aturan standard yang mengikat dengan
beralasan “ini adalah cara saya” yang terbaik. Oleh karena itu penggunaan
metoda pelaksanaan 5S yang standar sangatlah penting untuk menjamin konsistensi
setiap orang.
- Shitsuke (discipline).
Shitsuke adalah mendisiplinkan karyawan dalam menerapkan ke
empat langkah 5S sebelumnya sebagai tindakan pembiasaan yang membudaya dalam
menjadikan area kerja yang selalu bersih, nyaman dan produktif . Memastikan
bahwa setiap orang agar terus meningkat dalam disiplin menjalankan 5S harian
adalah murni masalah sasaran utama manajemen. Hal diatas menjadi tanggung jawab
pemimpin tim, agar selalu konsisten dalam menjalankannya dengan mengadakan
sistem audit yang digunakan untuk mengukur kinerja penerapan proses 5S. Apapun
mekanisme manajemen pengawasan intinya selalu memastikan bahwa 5S diterapkan
setiap hari secara berkelanjutan sebagai wujud konsisten setiap pekerja dalam
menjalankan 5S.
Disiplin dalam
penerapan 5S merupakan jalan dalam memupuk pembelajaran dengan pendekatan
perbaikan secara terus menerus. Ketika suatu permasalahan teridentifikasi
melalui proses penerapan 5S harus disikapi dengan mengharuskan setiap karyawan
untuk meresponnya dengan solusi penyelesaian. Manfaat 5S Berdasrkan pengalaman
kami yang seringkali memberikana arahan dalam implementasi metoda 5S, 10 sampai
30% peningkatan efisiensi dibidang manufaktur dapat diperoleh melalui penerapan
5S yang sistematis.
Manfaat 5S adalah sebagai berikut;
1.
Efisiensi, meningkat dengan
mengatasi kesemrawutan di ruang kerja yang sangat terorganisir dengan baik.
2. Memudahkan dalam mengidentifikasi alat dan komponen yang
diperlukan .
3. Setup time berkurang karena organisasi peralatan secara
jelas diberi label dansangat terlihat secara
visual.
4. Meningkatkan semangat kerja dengan melibatkan karyawan
yang membuat pekerjaan mereka lebih
mudah
5. Pemasaran karena
tata letak rapi dan terorganisir yang dihasilkan dari pelaksanaan Anda dari 5S
alat. 6. Kualitas ditingkatkan karena cara standar atau pemeliharaan kerja dan
dasar alat dan mesin.
7. Alat yang benar dan peralatan berada di tempat berarti
bahwa alat yang tepat digunakan untuk pekerjaan untuk mengurangi kerusakan.
8. Peningkatan efisiensi penghematan.
9. Meningkatkan keselamatan karena penghapusan kesemrawutan
yang menciptakan bahaya
Penerapan metodologi
5S biasanya diimplementasikan menggunakan 4 tahapan proses :
(1) pembentukan tim
lintas fungsional (termasuk karyawan yang bekerja di daerah yang terkait),
(2) Melakukan tur inspeksi ke semua areal kerja yang
berhubungan dengan proses kerja dan tempat yang akan di tinjau sesuai jadwal.
(3) brainstorming
tentang cara-cara yang efektif mengurangi pemborosan.
(4) Visualisasi hasil
audit/inspeksi 5S dan hasil tindakan perbaikan yang dicapai secara transparan.
Menyikapi tempat kerja agar selalu terpelihara dengan
pendekatan 5S mencerminkan moral karyawan yang baik dengan disiplin moral yang
kokoh. Banyak karyawan yang telah berhasil mencapai disiplin pribadi karyawan
yang tinggi akan tetapi hanya bersifat sementara, oleh sebab itu memelihara dan
menjaga lingkungan kerja dalam tingkat yang tinggi pada dasarnya merupakan
tugas yang menantang, Moral dan disiplin pribadi yang ditingkatkan di areal
shopfloor membutuhkan keterlibatan, partisipasi dan saling berbagi informasi
lintas karyawan sehingga dapat memperlancar proses perbaikan (kaizen) dan
menjaga momentumnya yang pada akhirnya akan membawa perubahan pada budaya kerja
yang baik. http://bit.ly/copynwin
Thank You
BalasHapus